Silahkan yang ingin berpartisipasi :)
(Dhg)
Doktor Manajemen Agribisnis UGM
For The Welfare of Farmers
Selasa, 14 April 2015
Kamis, 04 April 2013
MENGGAGAS VISI PERTANIAN 2030
Dr. Jangkung Handoyo M.
A. Visi Pertanian 2030: Kebutuhan suatu bangsa
Bagi suatu bangsa, apalagi bangsa yang besar seperti Indonesia, maka visi pembangunan (termasuk visi pembangunan pertanian) merupakan suatu kebutuhan mutlak. Visi berperan vital dalam membantu merumuskan tujuan utama pembangunan pertanian, sehingga visi tersebut berfungsi sebagai "guidance" yang akan memberikan panduan arah pembangunan. Disamping membantu dalam merumuskan pilihan strategi, visi juga memberikan "moral content" dan membantu dalam merumuskan "social responsibilities". Dengan demikian, maka melalui perumusan dan penjabaran visi pertanian akan diperoleh "big picture" atau suatu "road map" yang menggambarkan peta jalan yang akan dilalui oleh bangsa, khususnya dalam pembangunan pertanian.
UGM Raih Akreditasi A
YOGYAKARTA- Universitas Gadjah Mada (UGM) meraih nilai A dari Program Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT), Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BANPT) yang dirilis akhir Februari lalu. Dari daftar delapan Perguruan Tinggi (PT) yang mendapat akreditasi A, UGM merupakan salah satu dari delapan perguruan tinggi yang mendapatkan nilai A. UGM berhasil memperoleh nilai 378 dari maksimal 400. Sedangkan IPB meraih nilai 375 dan ITB dengan nilai 370. Seperti diketahui, dari 30 Perguruan Tinggi se-Indonesia yang telah diakreditasi AIPT, delapan PT mendapatkan nilai A, 20 PT mendapatkan nilai B sedangkan dua PT sisanya mendapatkan akreditasi C. Delapan PT yang mendapat nilai akreditasi A yakni, UGM, IPB, ITB, UI, UNHAS, UII, UMY, dan Univ.Muhammadiyah Malang.
ADAPTING TO CLIMATE CHANGE
Subejo and Supriyanto (*)
An opinion article has been published by The Jakarta Post, Thursday January 24, 2012
The significant negative impacts of climate change have become an interest shared not only on an international and national level but also on a local community level. Farmers in rural areas face the negative impacts of climate change in the form of harvest failure, the reduction of farming production and also the degradation of the quality of the farming environment.
Food shortages are the main result of the negative impact of climate change in many producing countries. Searching for better strategies to cope with food shortages, which is closely linked to food security, is a great concern among many parties.
In general, local farmers were perceived as lacking the knowledge and technological access to cope with various losses in their farming businesses, which were caused by extreme varieties in climate elements such as rainfall, wind speed and direction, length of sun light, and so on.
Minggu, 30 September 2012
MAHASISWA DMA ANGKATAN 1-4
Senin, 23 Juli 2012
MEMBANGUN AGRIBISNIS PADI
Ummu
Harmain*)
Komoditi padi bagi Bangsa
Indonesia merupakan produk strategis dan multi dimensi karena memiliki peranan
penting, bukan hanya sebagai makanan pokok tapi juga memiliki pengaruh terhadap
keadaan sosial, budaya, ekonomi dan politik sehingga tidak heran mengapa setiap
pemimpin bangsa ini selalu berkepentingan terhadap komoditas yang satu ini.
Berbagai kebijakan telah dibuat untuk mengatur produksi, ketersediaan dan
distribusi. Demikian pula terhadap pelaku, infrastruktur dan kelembagaannya. Dan
secara jujur kita katakan pembangunan agribisnis padi saat ini masih berjalan
sangat lambat bila tidak mau disebut stagnan.
Tidak dapat dipungkiri, meski
ada berbagai kelemahan, zaman keemasan padi Indonesia berada pada era Orde Baru yang dirintis
sejak akhir tahun 60-an dan berhasil mencapai puncaknya pada tahun 1984
ditandai dengan dicapainya swasembada beras. Keberhasilan tersebut karena
terjadi perbaikan pada berbagai aspek seperti produksi, produktivitas, teknologi
dan kelembagaan.
Langganan:
Postingan (Atom)