Kamis, 04 April 2013

MENGGAGAS VISI PERTANIAN 2030

Dr. Jangkung Handoyo M.

A. Visi Pertanian 2030: Kebutuhan suatu bangsa
Bagi suatu bangsa, apalagi bangsa yang besar seperti Indonesia, maka visi pembangunan (termasuk visi pembangunan pertanian) merupakan suatu kebutuhan mutlak. Visi berperan vital dalam membantu merumuskan tujuan utama pembangunan pertanian, sehingga visi tersebut berfungsi sebagai "guidance" yang akan memberikan panduan arah pembangunan. Disamping membantu dalam merumuskan pilihan strategi, visi juga memberikan "moral content" dan membantu dalam merumuskan "social responsibilities". Dengan demikian, maka melalui perumusan dan penjabaran visi pertanian akan diperoleh "big picture" atau suatu "road map" yang menggambarkan peta jalan yang akan dilalui oleh bangsa, khususnya dalam pembangunan pertanian.

UGM Raih Akreditasi A


UGM Raih Akreditasi AYOGYAKARTA- Universitas Gadjah Mada (UGM) meraih nilai A dari Program Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT), Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BANPT) yang dirilis akhir Februari lalu. Dari daftar delapan Perguruan Tinggi (PT) yang mendapat akreditasi A, UGM merupakan salah satu dari delapan perguruan tinggi yang mendapatkan nilai A. UGM berhasil memperoleh nilai 378 dari maksimal 400. Sedangkan IPB meraih nilai 375 dan ITB dengan nilai 370. Seperti diketahui, dari 30 Perguruan Tinggi se-Indonesia yang telah diakreditasi AIPT, delapan PT mendapatkan nilai A, 20 PT mendapatkan nilai B sedangkan dua PT sisanya mendapatkan akreditasi C. Delapan PT yang mendapat nilai akreditasi A yakni, UGM, IPB, ITB, UI, UNHAS, UII, UMY, dan Univ.Muhammadiyah Malang.

ADAPTING TO CLIMATE CHANGE

Subejo and Supriyanto (*) 

An opinion article has been published by The Jakarta Post, Thursday January 24, 2012


The significant negative impacts of climate change have become an interest shared not only on an international and national level but also on a local community level. Farmers in rural areas face the negative impacts of climate change in the form of harvest failure, the reduction of farming production and also the degradation of the quality of the farming environment.

Food shortages are the main result of the negative impact of climate change in many producing countries. Searching for better strategies to cope with food shortages, which is closely linked to food security, is a great concern among many parties.
In general, local farmers were perceived as lacking the knowledge and technological access to cope with various losses in their farming businesses, which were caused by extreme varieties in climate elements such as rainfall, wind speed and direction, length of sun light, and so on.

Minggu, 30 September 2012

MAHASISWA DMA ANGKATAN 1-4

Berdiri dari kiri : (1) Dhanang Eka Putra, SP.,M.Sc, (2) Ummu Harmain, SP.,M.Si, (3) Drs. Sabaruddin Zein, MBA.,MSPA
(4) Heber Lolo Simbolon, SE.,ST.,M.Sc (5) Wulansari Winahyu, SP.,M.Si (6) Ir. Retno Setijowati, MS


LEAFLET DMA-UGM

Add caption

Senin, 23 Juli 2012

MEMBANGUN AGRIBISNIS PADI

Ummu Harmain*)

Komoditi padi bagi Bangsa Indonesia merupakan produk strategis dan multi dimensi karena memiliki peranan penting, bukan hanya sebagai makanan pokok tapi juga memiliki pengaruh terhadap keadaan sosial, budaya, ekonomi dan politik sehingga tidak heran mengapa setiap pemimpin bangsa ini selalu berkepentingan terhadap komoditas yang satu ini. Berbagai kebijakan telah dibuat untuk mengatur produksi, ketersediaan dan distribusi. Demikian pula terhadap pelaku, infrastruktur dan kelembagaannya. Dan secara jujur kita katakan pembangunan agribisnis padi saat ini masih berjalan sangat lambat bila tidak mau disebut stagnan.
Tidak dapat dipungkiri, meski ada berbagai kelemahan, zaman keemasan padi  Indonesia berada pada era Orde Baru yang dirintis sejak akhir tahun 60-an dan berhasil mencapai puncaknya pada tahun 1984 ditandai dengan dicapainya swasembada beras. Keberhasilan tersebut karena terjadi perbaikan pada berbagai aspek seperti produksi, produktivitas, teknologi dan kelembagaan.